Pesan Panglima TNI untuk Nahdliyin Menghadapi Proxy War


Panglima TNI menitipkan pesan kepada Nahdliyin, khususnya generasi muda NU terkait dengan situasi saat ini. Harus disadari bahwa Indonesia menghadapi proxy war, atau situasi peperangan di mana lawan menggunakan kekuatan pihak ketiga sebagai pengganti peperangan secara langsung.

Stratergi perang ini dalam bentuk intervensi oleh negara asing, dapat masuk dalam berbagai bentuk dan aspek ideologi. Indiaksi proxy war dapat dilihat dari adanya gerakan separatis, demontrasi  masa, ataupun sistem regulasi yang merugikan rakyat.

Hal tersebut disampaikan Laksdya TNI Didit Herdiawan, mewakili  Panglima TNI dalam kegiatan ”Tahlil Akbar untuk Pendiri Bangsa dan Pahlawan Indonesia”, Kamis (24/11) malam, di halaman Gedung PBNU, Jakarta Pusat.

”Dalam menghadapi situasi semacam itu, generasi muda NU sebagai penerus bangsa harus membekali diri dengan ilmu, keahlian, dan keterampilan di bidangnya masing-masing. Juga membekali diri dengan wawasan kebangsaan serta cinta tanah air,” kata Didit dalam acara yang digagas Lembaga Dakwah PBNU.

Selanjutnya Didit menyampaikan tiga pesan Panglima TNI kepada Nahdliyin secara umum. Pertama, tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah WAT dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

”Di sinialah dibutuhkan kesalehan vertikal (kepada Allah) dan kesalehan horisontal (hubungan sosial dengan sesama manusia),” kata Didit yang malam itu mengenakan baju koko lengan panjang warna putih dan kopiah hitam khas NU.

Kedua, Nahdliyin dituntut mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tidak mudah terbawa arus dan mudah dipermainkan oleh para aktor yang masuk dalam kegiatan proxy war yang menyerang Indonesia dalam berbagai bentuk.

Ketiga, lanjut Didit, jadikan keluarga Nahdliyin sebagai lembaga yang mampu mencetak dan mempersiapkan generasi muda yang menjadi tulang pungggung bangsa, sehingga harus menyadari betul bahwa berbagai tantangan di masa depan, serta ancaman yang ada untuk bangsa ini membutuhkan suatu kesatuan padu yang tinggi dan bersinergi dalam menjaga keselamatan bangsa dan kesatuan NKRI.

Semua komponen dan elemen bangsa harus bersatu, saling peduli, dan melindungi. ”Setiap orang harus berpegangan tangan dan tentunya teguh kepada Pancasila sebagai ideologi bangsa dan NKRI,” ujarnya seraya mendorong Nahdiyin menjadi kelompok perekat dan pemersatu, sehingga keutuhan NKRI tetap terpelihara.

Sumber